Rabu, 27 Juni 2012

Apakah yang dimaksud dengan Foreign Policy Making?



Kebijakan merupakan concern dari studi ilmu sosial dan politik. Pembuatan kebijakan di suatu organisasi pasti didasarkan pada kepentingan massa dalam organisasi tersebut. Negara sebagai organisasi massa terbesar juga demikian, menetapkan suatu kebijakan adalah hal yang sangat penting untuk menyambung keberlangsungan kehidupan politik negara. Adanya pertentangan-pertentangan yang terjadi dari proses ini dapat dikatakan sebagai sarana mencapai demokrasi. Di negara berkembang terutama, melestarikan proses demokrasi adalah hal utama yang dapat dilakukan untuk membangun bangsa. Menyikapi hubungan suatu negara dengan negara lain maupun aktor internasional maka negara tersebut harus menetapkan kebijakan luar negeri sebagai halauan sikap dan stance-nya di mata dunia.

Definisi foreign policy
Policy (kebijakan) merupakan focus dari kajian ilmu sosial dan politik. Mendefinisikan arti policy tidak semudah melihat implementasinya. Menurut Caputo dalam essay nya Public Policy Making in America : An Introduction, disebutkan bahwa policy biasanya dimaknai sebagai suatu bentuk pencapaian tujuan (goal). That is something to be gained by a governmental decision or set of decision[1]. Dapat dipahami bahwa policy adalah sarana untuk mencapai tujuan akhir yang dikonstruksi melalui peran pemerintah. Mempermudah pengertian dari policy, dapat diambil pengertian dari New Oxford Dictionary, policy is a course of principle of action adopted or proposed by government, party, business, or individual[2]. Pemerintah, partai politik, aktor bisnis, maupun aktor individu berperan besar untuk mengusulkan pembuatan suatu kebijakan.
A policy is a guiding principle used to set direction in an organization[3], dapat juga dikatakan bahwa kebijakan digunakan oleh suatu organisasi sebagai arahan untuk merancang aturan-aturan yang berlaku di sistem organisasi tersebut. Jika disimpulkan dari beberapa pengertian diatas dapat dirangkum bahwa kebijakan adalah hasil dari proses mengartikan visi pemerintah kedalam implementasi program dan actions, untuk membawa suatu lembaga atau organisasi keluar dari permasalahan yang dapat memicu runtuhnya stabilitas.
Dalam konteks negara, kebutuhan akan adanya kebijakan akan sangat terlihat saat negara tersebut menghadapi suatu isu yang memicu polemik dalam segala aspek kehidupan di negara tersebut. Sehingga stance negara dipertanyakan seperti contohnya saat era Orde Lama masa kepemimpinan Presiden Soekarno, Indonesia mendeklarasikan kebijakan politik luar negerinya kepada masyarakat dunia yang diartikan stance Indonesia pada saat itu tidak condong pada blok manapun, aktif melakukan kerjasama, dan bebas dalam menjalin hubungan dengan negara manapun.

Foreign policy-making
Integrasi masyarakat adalah urgensi untuk mencapai suatu pembangunan bangsa. Kebijakan adalah alat untuk mencapai integrasi, namun begitu juga sebaliknya melalui integrasi masyarakat dapat dicapai suatu kebijakan yang relevan dengan kondisi masyarakat di suatu negara. Dengan kata lain kebijakan dibuat dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat. Analogi ini yang biasanya kerap digunakan untuk menggambarkan demokrasi. Sama hal nya dengan demokrasi, negara berkembang-terutama- yang menggunakan sistem demokrasi akan sangat membutuhkan input kebijakan dari rakyat untuk akhirnya diolah dan menghasilkan outcome untuk rakyat pula. Dengan analogi ini, maka sebenarnya makna dari pembuatan kebijakan kebbijakan sebenarnya dapat ditarik benang merah dengan partisipasi dan kepentingan rakyat.
Definisi dari foreign policy-making atau pembuatan kebijakan luar negeri sudah banyak dijabarkan melalui pembahasan diatas. Juga dalam kelas Teori Politik Luar Negeri disampaikan bahwa segala tindakan pemerintah yang di formulasikan untuk merespon perkembangan global dimana hal tersebut berhubungan aktor internasional yang meliputi state dan non-state, welfare, maupun menciptakan understanding. Dengan ini diketahui bahwa foreign policy-making adalah proses meraih welfare dan menciptakan understanding diantara aktor internasional.
            Dalam proses pembuatan kebijakan luar negeri, biasanya negara menggunakan landasan ideology negara. Pandangan negara terhadap rejim internasional yang berlaku akan sangat berpengaruh pada kebijakan yang dibuatnya. Seperti contohnya negara yang memiliki pandangan realis memiliki karakteristik sikap yang berbeda dalam menyikapi suatu isu dibanding dengan negara yang memiliki pandangan liberalis. Dalam menyusun kebijakan luar negeri juga harus disertai dengan pertimbangan untung dan rugi yang ditimbulkan, dengan kata lain kebijakan yang dirancang haruslah berorientasi ke masa depan dan bersifat forward-looking.
Taiwan merupakan negara yang mengalami kemelut dengan Cina semenjak Cina diproklamirkan Taiwan sebagai salah satu provinsi di Republik Rakyat Cina pada 1949. Setelah itu konflik diantara dua negara tersebut semakin memanas contohnya saat Cina melancarkan uji coba misil yang diarahkan ke kepulauan Taiwan padahal pada saat itu Taiwan akan mengadakan perhelatan pemilihan umum demokrasi yang pertama kali. Dengan dibantu oleh sekutunya, AS, Taiwan merespon tindakan Cina sebagai sebuah serangan. Namun Taiwan tetap memperhitungkan untung rugi untuk membalas tindakan Cina. Beberapa pilihan yang dianjurkan oleh AS termasuk usulan untuk membalas serangan Cina dengan melalui aksi militer, namun Taiwan menilai bahwa usulan tersebut akan membawa dampak merobohkan stabilitas Taiwan dan belum tentu dapat meredakan konflik. Hingga pada akhirnya Taiwan memutuskan untuk merespon serangan Cina dengan protes melalui upaya diplomasi dengan harapan Taiwan ingin menetralkan keadaan dahulu minimal hingga saat pemilihan umum tiba.


Referensi
Caputo, David A. (ed.), The Politics of Policy Making in America, W. H. Freeman and Company, San Francisco, 1977.
Mingst, Karen A., Essentials of International Relations (3rd edition), W. W. Norton and Company, London, 2004.
Bizmanualz Online, What’s the Difference Between Policies and Procedures, <http://www.bizmanualz.com/information/2005/04/26/what%E2%80%99s-the-difference-between-policies-and-procedures.html


[1] Caputo, David A., Public Policy Making in America: An Introduction, dalam D. A. Caputo (ed.), The Politics of Policy Making in America, W. H. Freeman and Company, San Francisco, 1977.
[2] New Oxford Dictionary
[3] Bizmanualz Online, What’s the Difference Between Policies and Procedures, <http://www.bizmanualz.com/information/2005/04/26/what%E2%80%99s-the-difference-between-policies-and-procedures.html>, 13 Maret 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar